Jumat, 12 April 2013

Tugas 7 Sejarah Indonesia V "alasan Belanda untuk tetap berada di Irian Barat"



Tugas ke 7       : Apa alasan-alasan Belanda untuk tetap berada di Irian Barat?
DOSEN          : Prof. Alex A. Koroh
Hari/Tanggal   : Senin, 10 Desember 2012
Upaya memasukan kembali Irian Barat / Papua ke pangkuan Ibu Pertiwi merupakan suatu perjuangan panjang yang berat dengan mempertaruhkan harga diri bangsa dan seluruh rakyat Indonesia. perundingan mengenai penyerahan wilayah papua yang dilakukan oleh Pihak Indonesia dan pihak Belanda tidak membuahkan hasil yang baik. Berkali-kali masalah Papua diajukan oleh wakil bangsa Indonesia di depan siding Umum Perserikatan Bangsa Bangsa di New York, namun tanpa menghasilkan perubahan sikap di pihak Belanda. Sebaliknya Belanda melecehkan martabat Bangsa  yang berdaulat yang telah Merdeka sejak 17 Agustus 1945.
Belanda mengadakan tindakan penguatan diri di Papua. Berbagai tindakan di bidang Politik, ekonomi dan Militer dilakukan oleh pihak Belanda dengan harapan agar Papua dapat dipisahkan dengan daerah Indonesia lainnya. Secara lebih menyakitkan pada pertengahan  Agustus  1952 Belanda dengan persetujuan Parlemennya  memasukkan dengan resmi wilayah Papua kedalam wilayah Kerajaan Belanda, dengan cara merubah Konstitusinya tanpa memberitahu dan merundingkan dengan Pemerintah Indonesia. Belanda telah menginjak injak harga diri Bangsa Indonesia dan telah melanggar Konferensi Meja Bundar, melanggar hukum Internasional.  Dengan fakta-fakta  ini terbuktilah bahwa Belanda dengan sistematis dan terencana telah mengambil Papua dari wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Dalam menghadapi masalah Irian Barat tersebut Indonesia mula-mula melakukan upaya damai, yakni melalui diplomasi bilateral dalam lingkungan ikatan Uni Indonesia-Belanda. Akan tetapi usaha-usaha melalui meja perundingan secara bilateral ini selalu mengalami kegagalan. Setelah upaya-upaya tersebut tidak mambawa hasil maka sejak tahun 1953 perjuangan pembebasan Irian Barat mulai dilakukan di forum- forum internasional, terutama PBB dan forum-forum solidaritas Asia-Afrika seperti Konferensi Asia-Afrika.
Pada tanggal 17 Agustus 1960 Republik Indonesia secara resmi memutuskan hubungan diplomatik dengan Pemerintah Kerajaan Belanda. Melihat hubungan yang tegang antara Indonesia dengan Belanda ini maka dalam Sidang Umum PBB tahun 1961 kembali masalah ini diperdebatkan. Pada waktu terjadi ketegangan Indonesia dengan Belanda, Sekretaris Jenderal PBB U Thant menganjurkan kepada salah seorang diplomat Amerika Serikat Ellsworth Bunker untuk mengajukan usul penyelesaian masalah Irian Barat. Pada bulan Maret 1962 Ellsworth Bunker mengusulkan agar pihak Belanda menyerahkan kedaulatan Irian Barat kepada Republik Indonesia yang dilakukan melalui PBB dalam waktu dua tahun. Akhirnya Indonesia menyetujui usul Bunker tersebut dengan catatan agar waktu dua tahun itu diperpendek. Sebaliknya
Pemerintah Kerajaan Belanda tidak mau melepaskan Irian bahkan membentuk negara “Boneka” Papua. Dengan sikap Belanda tersebut maka tindakan bangsa Indonesia dari politik konfrontasi ekonomi ditingkatkan menjadi konfrontasi segala bidang.
Tindakan Belanda dengan mendirikan negara “Boneka” Papua itu merupakan sikap yang menantang kepada bangsa Indonesia untuk bertindak cepat. Oleh karena itu pemerintah segera mengambil tindakan guna membebaskan Irian Barat. Pada tanggal 19 Desember 1961, Presiden Soekarno dalam suatu rapat raksasa di Yogyakarta mengeluarkan komando yang terkenal sebagai Tri Komando Rakyat (Trikora) yang isinya sebagai berikut.
1.      Gagalkan pembentukan “Negara Papua” bikinan Belanda kolonial.
2.      Kibarkan Sang Merah Putih di Irian Barat tanah air Indonesia.
3.      Bersiaplah untuk mobilisasi umum guna mempertahankan kemerdekaan dan kesatuan tanah air dan bangsa.
Pada tanggal 15 Agustus 1962 ditandatangani suatu perjanjian antara Indonesia dengan Pemerintah Belanda di New York, bertempat di Markas Besar PBB. Perjanjian ini terkenal dengan Perjanjian New York. Adapun isi Perjanjian New York adalah sebagai berikut.
1.      Pemerintah Belanda akan menyerahkan Irian Barat kepada Penguasa Pelaksana Sementara PBB (UNTEA = United Nations Temporary Executive Authority) pada tanggal 1 Oktober 1962.
2.      Pada tanggal 1 Oktober 1962 bendera PBB akan berkibar di Irian Barat berdampingan dengan bendera Belanda, yang selanjutnya akan diturunkan pada tanggal 31 Desember untuk digantikan oleh bendera Indonesia mendampingi bendera PBB.
3.      Pemerintah UNTEA berakhir pada tanggal 1 Mei 1963, pemerintahan selanjutnya diserahkan kepada pihak Indonesia.
4.      Pemulangan orang-orang sipil dan militer Belanda harus sudah selesai pada tanggal 1 Mei 1963.
5.      Pada tahun 1969 rakyat Irian Barat diberi kesempatan untuk menyatakan pendapatnya tetap dalam wilayah RI atau memisahkan diri dari RI melalui Penentuan Pendapat Rakyat (Pepera).
Dengan ditandatangani Perjanjian New York maka pada tanggal 1 Mei 1963 Irian Barat diserahkan kepada Indonesia. Hubungan diplomatik dengan Belanda pun segera dibuka kembali. Dengan kembalinya Irian Barat kepada Indonesia maka Komando Mandala dibubarkan dan sebagai operasi terakhir adalah Operasi Wisnumurti yang bertugas menjaga keamanan dalam penyerahan kekuasaan pemerintahan di Irian Barat dai UNTEA kepada Indonesia.
Alasan sebenarnya adalah bahwa pada saat itu Belanda sedang mengadakan eksplorasi / penelitian sumber daya alam di Irian dan berhasil menemukan fakta bahwa di Irian Barat terdapat tambang emas dan uranium terbesar di dunia (sekarang dinamakan Freeport yang merupakan perusahaan asing milik Belanda ) yang tidak akan habis di gali selama 100 tahun.
Belanda tetap bersi‘keuhkeuh’ mempertahankan Papua, adalah pemberitaan Harian New York Times tanggal 6 Maret 1959 yang melaporkan bahwa Pemerintah Belanda telah menemukan emas di dekat laut Arafura. Pada tahun 1960, Freeport Sulphur menandatangani perjanjian dengan Perserikatan Perusahaan Borneo Timur untuk mendirikan tambang tembaga di Timika, namun tidak menyebut kandungan emas ataupun tembaga.




SUMBER :

1 komentar: